Rabu, 18 Juli 2012

Jika Aku Punya Mesin Waktu


             Oleh Armilia Sari


            Jika aku punya mesin waktu aku akan pergi ke masa lampau. Aku akan pergi ke masa sebelas tahun silam tepatnya pada tahun 2001. Pada waktu itu teknologi dan komunikasi belum terlalu canggih, apalagi di desa tempat tinggalku. Hanya beberapa orang saja yang sudah memiliki handphone. Biasanya orang-orang yang sudah memiliki handphone pada waktu itu adalah orang-orang yang kaya atau masyarakat dari kelas ekonomi atas. Aku sendiri belum memiliki handphone pada waktu itu.
            Aku punya alasan mengapa aku lebih memilih pergi ke masa tahun 2001 daripada ke masa depan  yang sepertinya lebih menarik dan membuat semua orang penasaran. Aku memiliki pengalaman pahit di tahun 2001. Peristiwa itu terjadi pada minggu, 13 Mei 2001. Kejadiannya berawal ketika Kak Irvan, sepupuku datang ke rumah. Seperti biasanya dia menonton televisi sambil menemaniku menjaga rumah.
            “Dek kakak lapar,” katanya.
            “Sebentar ya kak, aku cari makanan dulu di kulkas,” jawabku sambil beranjak ke dapur.
Aku membuka kulkas, tapi aku tidak menemukan sedikit pun makanan di sana. Aku sendiri belum makan dari pagi karena ayah dan ibu pergi menghadiri hajatan tetangga jauh sehingga mereka tidak sempat menyiapkan sarapan. Ibu hanya meninggalkan pesan di atas meja dan menyuruhku membeli makanan di warung.
            “Kak, nggak ada makanan. Kita ke warung Bik Ratih yuk!”
            “Ah nggak enak jajanan di sana.”
“Jadi gimana dong kak?”
“Hmm, kita ke Kedai Bakso Pendekar yuk!”
“Wah boleh juga tuh kak.”
Kedai Bakso Pendekar adalah kedai bakso favorit kami. Konon kabarnya kedai itu disebut ‘Bakso Pendekar’ karena Mang Dono pemilik kedai itu juga jago ilmu silat, tetapi Aku dan Kak Irvan memiliki alasan tersendiri mengapa menyebutnya demikian. Kami menyebutnya ‘Bakso Pendekar’ karena Mang Dono itu badannya ‘pendek’ dan ‘kekar’ sehingga kalau disingkat menjadi ‘Pendekar’. Kedai Bakso Pendekar  sebenarnya melayani delivery atau pesan antar, tapi karena kami belum memiliki handphone pada waktu itu kami terpaksa harus pergi langsung ke kedai bakso itu.
 Kak Irvan meminjam motor kakak kandungku yang kebetulan sedang ditinggal pergi karena kakakku ikut temannya memancing di sungai. Dalam perjalanan ke sana kami masih sempat bercanda mengenai Mang Dono. Tidak bisa dipungkiri Mang Dono memang penjual bakso paling nyentrik di desa kami, baksonya juga terkenal paling enak sehingga selalu ramai pengunjung. Tidak jarang kami disuguhi Mang Dono aksinya yang menghidangkan bakso ke meja pengunjung sambil melompat dan bersalto tanpa menumpahkan bakso itu sedikit pun dari mangkuknya.
“Bakso di dunia saja sudah seenak itu, apalagi bakso di surga. Pasti bakso di surga lebih enak .”
“Ah kakak ngawur, memangnya ada penjual bakso di surga?”
“Ya kalau Mang Dono masuk surga berarti ada dong.”
“Lah kalau Mang Dono masuk neraka gimana?”
“Berarti Mang Dono jualan bakso di neraka, hehehe... jadi nggak sabar pengen segera masuk surga. Mau nyicip bakso di surga kaya apa ya rasanya?”
“Hahaha... Eh kakak, awas!”
BRUAKKKK....
*****
Aku masih sempat menatap wajah Kak Irvan sebelum akhirnya mataku terpejam. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Saat aku sadar aku sudah berada di rumah sakit. Ketika kutanya keluargaku di mana Kak Irvan, aku dikejutkan dengan kabar meninggalnya sepupuku tercinta itu. Kami ditabrak sebuah truk pengangkut  kayu yang melintas dengan kecepatan penuh. Kak Irvan kehabisan darah dan tidak tertolong lagi dalam perjalanan menuju rumah sakit.
            Jika aku punya mesin waktu, aku akan pergi dengan mesin waktu itu ke tahun 2001 dan membawakan handphone untuk Kak Irvan. Akan kujelaskan pada aku yang hidup di tahun 2001 dan Kak Irvan bahwa aku datang dari masa depan. Akan kuberikan handphone itu kepada Irvan agar dia bisa memesan bakso melalui telepon tanpa harus pergi ke sana langsung. Dengan demikian, aku bisa mencegah terjadinya kecelakaan yang telah merenggut nyawa sepupuku. Aku juga bisa mengubah takdirku dengan menggunakan mesin waktu sehingga akhirnya aku tidak perlu merasa kehilangan sepupuku seperti sekarang ini.

0 Komentar:

Posting Komentar

Please be polite in giving a comment, every rude comment will be removed (Sopanlah dalam berkomentar, setiap komentar yang kasar akan dihapus)

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda