Cari Untung (Drama Satu Babak)
Oleh Armilia Sari
Drama satu babak ini terdapat dalam buku Antologi Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Sriwijaya Angkatan 2008
Pengenalan tokoh:
1. Liya: Seorang wanita yang lugu dan
bodoh sehingga mudah ditipu dan dimanfaatkan oleh orang lain.
2. Tika: Teman Liya yang suka
mencari keuntungan tanpa perlu bersusah payah bekerja.
3. Ayu: Tetangga Tika yang centil
dan suka berdandan. Ia juga suka memanfaatkan orang lain.
4. Tuti: Seorang penjual lumpia
tetapi tidak pandai membuatnya sehingga lumpianya tidak enak.
Di suatu pagi yang
cerah Liya berkunjung ke rumah Tika. Ia ingin memesan lumpia untuk acara
syukuran di rumahnya nanti malam.
Liya: Assalamu’alaikum,
mbak…
Tika: (gagap) Eh tembak, eh tembak
Liya: Bukan tembak, saya manggil mbak.
Tika: Ada
apa elo pagi-pagi ke sini?
Liya: Maaf mbak, saya mau minta
tolong dibuatkan lumpia untuk acara syukuran nanti malam. Kira-kira bisa nggak
mbak?
Tika: Memangnya elo mau
pesan berapa?
Liya: Kalau Liya pesan seratus biji, nanti malam selesai nggak mbak?
Tika: Beres, yang penting bayarannya juga lumayan. Elo berani bayar gue berapa?
Liya: Anu, ini, saya cuma sanggup bayar Rp.40.000
Tika: Yang benar kamu Liya. Uang
segitu mah kurang, buat beli bahannya saja nggak cukup.
Liya: Iya deh, mbak. Ini Liya
tambahin lagi uangnya, tapi maaf Liya cuma bisa nambahin Rp.10.000 saja, maklum
lagi nggak ada duit.
Tika: Memangnya kapan elo punya duit? Ya sudahlah, nggak
apa-apa. Sini uangnya (Menarik paksa uang dari tangan Liya)
Liya: Maaf mbak, saya cuma mau
pesan. Kalau buat lumpia jangan kayak lumpia buatan Tuti ya?
Tika: Loh, memang kenapa lumpianya
Si Tuti?
Liya: Anu, lumpianya nggak enak,
terlalu keras.
Tika: Oh, okelah kalau begitu.
Liya lalu pulang ke rumahnya. Sepulangnya Liya dari
rumah Tika, Ayu yang merupakan tetangga sebelah Tika keluar dan duduk di teras
sambil membawa make up.
Tika: lagi ngapain elo,
Yu?
Ayu: Idih, masih muda matanya udah
rabun. Memang elo nggak bisa lihat gue lagi ngaca?
Tika: Wu… dasar centil, bisanya cuma
dandan doang.
Ayu: Enak saja bilang gue cuma bisa dandan. Eh masih banyak
tau yang gue bisa. Gue bisa makan, bisa tidur, bisa
belanja, bisa pacaran, ah….enaknya hidup kayak gue.
Tika: Eh ngomong-ngomong elo bisa bikin lumpia nggak? Gue mau pesan seratus biji nih kalau elo bisa.
Ayu: Banyak amat, memang buat apaan?
Tika: Nggak perlu tahu buat apaan,
yang penting elo bisa nggak? Gue bayar Rp.40.000 nih.
Ayu: Tenang saja, mana duitnya.
Tika lalu masuk ke rumahnya, sementara Ayu masih
berdandan di teras. Tidak lama kemudian Tuti lewat sambil membawa jualannya.
Tuti: Lumpi! Lumpia! Elu makan sapi ya… Eh aku ngomong apaan sih?
Ayu: Hei! Hei! Tuti Maria Netty Tiada Henti Dinanti-nanti! Ke sini!
Tuti: Maaf mbak, nama saya nggak sepanjang itu. Nama saya Tuti
Rukminah
Ayu: Yah, terserah elo
dah. Gue mau pesan lumpia elo, berapa satu bijinya?
Tuti: Murah mbak, cuma Rp.350
Ayu: Yah… segitu dibilang murah.
Kemahalan itu, Rp.300 saja ya? Gue
pesan seratus biji nih, jadi Rp.30.000, mau nggak?
Tuti: Iya deh mbak, kapan mau
diambilnya? Kebetulan di rumah masih banyak yang nggak laku. Kalau cuma seratus
biji sih ada.
Ayu: Nanti siang antarin ke sini ya. Nih uangnya, kembaliannya ambil
saja.
Tuti: Boro-boro kembalian, ini saja
minta diskon, dasar kere’ (menggerutu
sambil berlalu)
Ayu: Biarin dah, walaupun kere’ kayak gini kan yang penting gue tetap cuantik… tik…tik... Ya nggak? Ya nggak? Ting…(bertanya
pada cermin sambil mengedipkan mata)
Tidak lama kemudian Liya datang lagi ke rumah Tika.
Tika: Loh, kok datang lagi? Kan
tadi katanya sore baru mau diambil?
Liya: Maaf mbak, Liya cuma mau ngecek apa
lumpianya sudah dikerjain atau belum, tapi kok mbaknya nyantai saja.
Tika: Eh iya maaf, tiba-tiba
pinggang gue encok nih, jadi
lumpianya gue pesanin sama Ayu. Enak
juga kok lumpia buatan Ayu.
Liya: Iya deh mbak, yang penting
bukan buatan Tuti.
Liya dan Tika lalu
mengunjungi rumah Ayu untuk mengecek lumpianya sudah mulai dibuat atau belum.
Tika: Ya ampun! Ayu, elo kok belum selesai juga dandannya,
jadi kapan mau mulai bikin lumpianya? Nanti sore mau diambil nih.
Ayu: Eh, lumpianya… lumpianya… anu,
pinggangku lagi encok nih jadi nggak bisa buat lumpianya.
Tika: Loh kok pakai alasan punya gue sih? Jangan niru alasan gue dong.
Ayu: Oh… Ya sudah, kalau begitu
alasan gue… apa ya? Oh ya! Maaf ya,
aku lagi sibuk dandan nih, soalnya nanti malam kan cowok gue yang gantengnya kayak Leonardo Dicaprio mau ngapel.
Tika: Lah, trus lumpianya gimana?
Kasian kan
Liya, kalau gue lagi nggak encok
sudah dari tadi gue bikin.
Ayu: Tenang saja, tadi gue sudah pesan seratus biji lumpia sama
Si Tuti Maria Netty Tiada Henti Dinanti-nanti.
Liya: Apa? Tuti? Tuti Rukminah yang
jual lumpia nggak laku-laku itu?
Ayu: Iya, yang itulah. Nah itu dia
datang. Hei Tuti! Sini!
Tuti: Iya mbak, ini pesanannya Tuti
bawakan. Makasih ya mbak, seumur hidup baru kali ini dapat rejeki banyak sampai
Rp.30.000
Liya: Loh, bukannya saya ngasih
uangnya Rp.50.000?
Tuti: Saya cuma dikasih mbak Ayu
Rp.30.000
Ayu: Eh, sa… saya juga cuma dikasih
Tika Rp.40.000.
Liya: Kalau begitu mbak Tika dan
mbak Ayu ini masing-masing dapat untung Rp.10.000 ya?
Tika: Eh, eh, sudah siang. Gue mau sholat dzuhur dulu ya, dah…
Ayu: Gue juga deh, kan
kalau nggak sholat Tuhan marah, gue
masuk ya…
Liya hanya bisa
bengong dan menatap kosong ke depan dengan sekeranjang lumpia buatan Tuti.
Selesai
*****
0 Komentar:
Posting Komentar
Please be polite in giving a comment, every rude comment will be removed (Sopanlah dalam berkomentar, setiap komentar yang kasar akan dihapus)
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda