Minggu, 15 Juli 2012

Aku Sekuntum Mawar


            Oleh Armilia Sari

 

           Aku mawar merah yang merekah indah di pekarangan rumah. Aku sangat menikmati hari-hariku sebagai mawar yang dikagumi banyak orang. Pagi hariku selalu disambut oleh Annisa yang cantik. Dialah yang membeliku dari seorang florist dan menanamku kembali di taman depan rumahnya. Annisa selalu merawatku dengan baik. Ia tidak pernah lupa menyiramiku dan memberiku pupuk sehingga aku tumbuh subur. Annisa suka menari-nari di halaman rumahnya sambil mencium wangi dari kelopakku. Seperti yang sedang ia lakukan pagi ini.
            Satu-satunya hal yang kutakuti adalah Imam, adiknya Annisa. Ia selalu mengancam keselamatan jiwaku. Sudah berulang kali ia mencoba memetikku tetapi selalu dilarang Annisa. Benar saja dugaanku, siang harinya Imam kembali mendekatiku dan bersiap mencabutku. Kalau sudah begini aku terpaksa menyakitinya dengan duriku. Aku gunakan duriku sebagai pertahanan diri. Imam menjerit kesakitan saat aku melukainya. Aku menyesal, untunglah hal itu diketahui Annisa. Dia segera membawa adikknya ke dalam untuk diobati. Maafkan aku, Annisa. Aku terpaksa melakukan ini demi menyelamatkan diriku. Aku tahu engkau juga pasti sedih jika adikmu berhasil mematahkan tangkaiku.
            Sore harinya Imam sudah ceria kembali. Sepertinya lukanya sudah tidak terasa lagi. Aku berharap dia jera dan tidak akan menggangguku lagi. Oh tidak, ternyata dia malah mendekatiku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Annisa, aku tidak akan menyakiti adikmu lagi. Aku pasrah saja dengan takdirku.
Tunggu dulu. Hei! Dia menciumku. Persis seperti yang sering dilakukan Annisa setiap pagi. Tidak lama kemudian Annisa muncul. Ia mendekati kami.
            “Tuh kan dik. Lebih enak dicium dari tangkainya langsung, dari pada dipetik tidak tahan lama. Paling besok juga sudah layu.” Begitu katanya.
            Imam tersenyum dan memeluk kakaknya. Oh, syukurlah. Ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan untuk tetap hidup. Aku senang sekali melihat perubahan sikap Imam. Kini ia sudah bersahabat denganku. Dia bahkan selalu mengusir kumbang-kumbang nakal yang mencoba mendekatiku dan menghisap maduku.


Indralaya, 9 Oktober 2008
Ditulis dengan sangat terpaksa saat dosen menugaskan mengarang cerita. Pusing saat itu, aku paling lemah disuruh menghayal jadi benda atau tumbuhan.

1 Komentar:

Pada 13 Mei 2014 pukul 10.19 , Blogger Unknown mengatakan...

wow..luar biasa ya, hebat juga ngarang cerita

 

Posting Komentar

Please be polite in giving a comment, every rude comment will be removed (Sopanlah dalam berkomentar, setiap komentar yang kasar akan dihapus)

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda