Selasa, 25 Mei 2010

Menguasai Iptek di Era Globalisasi dengan Bahasa Indonesia

Resensi oleh Armilia Sari

Judul : Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar
Penulis : Dr. Dendy Sugono
Tahun Terbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke : Satu
Tebal : X + 251 halaman

Perkembangan Iptek dan komunikasi di era globalisasi menuntut sumber daya manusia yang berpikir dan mampu berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan wawasan dan keterampilan berbahasa khususnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendididkan dan juga dalam upaya mengukuhkan rasa nasionalisme untuk menciptakan pribadi yang berkompeten dan cinta tanah air. Buku Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar ini disusun sebagai salah satu bahan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan Bahasa Indonesia bagi pembaca untuk memeperluas wawasan kebahasaanya.
Buku yang ditulis oleh Dendy Sugono ini menyajikan kaidah-kaidah kalimat yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian berbagai ranah penggunaan Bahasa Indonesia. Hal ini sesuai jika dikaitkan dengan latar belakang Dendy Sugono sebagai sarjana S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Malang pada tahun 1974. Dendy Sugono yang merupakan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendididkan Nasional sejak tahun 2001 hingga sekarang ini juga pernah menjadi dosen di Universitas Jayabaya pada tahun 1983-1986. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain, Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah ( bersama Panti Sudjiman), Verba Transitif Dialek Asing: Analisis Tagmimik, Klausa Tansubjek dalam Ragam Bahasa Jurnalistik, Verba dan Komplementasinya (bersama Titik Indriastini), buku paket Bahasa Indonesia sekolah dasar kurikulum 1994: Lancar Berbahasa Indonesia 1, Lancar Berbahasa Indonesia 2, Lancar Berbahasa Indonesia 3, dan Lancar Berbahasa Indonesia 4, Berbahasa Indonesia dengan Benar, serta Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Beliau juga menjadi editor berbagai terbitan bahasa dan sastra pusat bahasa antara lain, Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani, Telaah Bahasa dan Sastra (bersama Hasan Alwi), dan Pengalamanku Mewawancarai Pejabat Tinggi Negara.
Buku yang ber-genre nonfiksi kebahasaan ini terdiri dari 6 bab. Pada bab I buku ini membahas kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia. Kedudukan Bahasa Indonesia yaitu sebagai salah satu dari 175 Bahasa Melayu Polinesia, sedangkan fungsi Bahasa Indonesia yaitu sebagai lambang kebahasaan nasional, alat pemersatu bangsa, dan bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan. Dalam penyajiannya, kedudukan Bahasa Indonesia dijelaskan secara terperinci, sedangkan fungsi Bahasa Indonesia hanya disebutkan tanpa dijelaskan satu per satu.
Memasuki bab II, buku yang ber-ISBN 978-979-22-4502-2 ini membahas masalah ragam bahasa. Ragam bahasa tersebut antara lain, ragam bahasa terpelajar, ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan, ragam bahasa resmi dan takresmi, ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis. Pada Bab ini Penulis yang lahir di Banyuwangi pada 7 Mei 1949 ini juga memberikan contoh masing-masing ragam bahasa, tetapi kebanyakan contoh ragam bahasa tersebut merupakan kutipan dari berbagai sumber, bukan karyanya sendiri.
Dalam bab III, buku yang memiliki cover berwarna merah dan putih sesuai dengan bendera Indonesia ini membahas kalimat dan unsur-unsurnya. Unsur-unsur kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Hal yang menarik dalam bab III ini yaitu adanya latihan yang diberikan di akhir bab-nya sehingga pembaca tidak hanya melihat contoh tetapi juga dapat mengerjakan soal yang diberikan.
Pada bab IV, buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama ini membahas kalimat tunggal dan perubahannya. Bab ini menjelaskan kalimat dasar, kalimat aktif dan pasif, urutan unsur kaliamat, serta perluasan unsur. Pada bab ini lelaki yang merupakan anggota Masyarakat Linguistik Indonesia sejak 1978 ini memberikan beberapa teks sederhana yang dikutip dari berbagai majalah untuk dianalisis. Pemberian teks ini sangat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami kalimat aktif dan pasif itu sendiri.
            Ketika memasuki bab V, buku yang memiliki tebal 251 halaman ini membahas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Dalam bab ini, lelaki yang merupakan suami dari Erwin Kusumawati ini tidak hanya piawai dalam menjelaskan ketiga kaliamat majemuk tersebut tetapi juga cermat dalam membagi kembali kalimat majemuk setara menjadi 4 jenis yaitu setara penjumlahan, setara pemilihan, setara urutan, dan setara perlawanan beserta contoh-contohnya.
Pada bab VI buku yang edisi pertamanya terbit pada tahun 2009 ini membahas masalah kesalahan struktur, diksi, dan ejaan. Kesalahan struktur dapat terjadi pada kalimat aktif dan pasif, subjek dan keterangan, induk kalimat, serta anak kalimat. Kesalahan diksi dapat terjadi jika penggunaan kata tidak tepat, penggunaan kata berpasangan, dan peniadaan preposisi. Kesalahan ejaan dapat terjadi jika tanda koma di antara predikat dengaan objek, subjek dengan predikat, dan subjek dengan subjek. Dalam hal ini, penulis yang merupakan wakil Ketua Majelis Antarbangsa Bahasa Melayu sejak tahun 2001 ini mampu memberikan solusi dengan menjelaskan perbaikan atau contoh kalimat yang benar dari kesalahan tersebut.
Dalam penyajian materi di setip bab-nya, penulis yang memiliki tiga orang anak ini selalu memberikan contoh kasus kesalahan kalimat serta pemecahannya melalui koreksi sehingga kalimat tersebut menjadi benar. Dalam penjelasannya, Dendy Sugono tidak terkesan menggurui melainkan membuka wawasan pembaca. Hal ini terlihat dari gaya penulisannya yang santai dan tidak terlalu berat serta penggunaan kata yang lebih halus seperti kata biasanya, sebaiknya, perlu, dan lain-lain.
Buku teks ini memiliki keunggulan yaitu tidak hanya ditujukan kepada siswa tetapi juga ditujukan kepada mahasiswa, guru, dosen, penulis, penerjemah dan khalayak umum yang ingin mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kekurangan yang perlu diperhatikan pada buku berjudul Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar ini adalah pemilihan judul yang dirasakan sedikit monoton mengingat Dendy Sugono pernah menulis buku-buku dengan judul yang hampir sama yaitu Berbahasa Indonesia dengan Benar (1986), dan Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1994). Setelah dibandingkan ternyata isi dari ketiga buku tersebut juga tidak jauh berbeda satu sama lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa buku Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar ini sebenarnya sudah layak untuk dikonsumsi pembaca, hanya saja masih terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan agar dapat diterbitkan buku yang lebih sempurna pada edisi revisi nantinya. Dengan adanya buku panduan berbahasa Indonesia yang benar, kita dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia serta mengokohkan rasa nasionalisme agar tercipta pribadi yang berkompeten dan cinta tanah air.

0 Komentar:

Posting Komentar

Please be polite in giving a comment, every rude comment will be removed (Sopanlah dalam berkomentar, setiap komentar yang kasar akan dihapus)

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda